BERHIAS DENGAN AKHLAQ MULIA


Penulis : Ustadz Qomar Suaidi, Lc

Di dalam Al Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang memerintahkan agar manusia memiliki akhlak mulia. Akhlak mulia (akhlakul karimah) sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan yang kadang harus menghadapi cobaan-cobaan. Dengan akhlak mulia berbagai bentuk cobaan hidup bisa dijalani sehingga kita senantiasa diridhai Allah
Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, kita harus dihadapkan dengan tantangan dan gesekan-gesekan hidup. Gesekan itu bisa datang dari diri kita sendiri atau dari orang lain. Tidak jarang kita dihadapkan dengan orang- orang terdekat seperti kedua orang tua, sanak famili, teman-teman, dan bahkan dari seluruh masyarakat.

Ini adalah suatu keniscayaan, terlebih kalau kita hidup bersama dengan orang lain. Yang demikian itu terjadi karena kita tidak memiliki hati yang satu dan tujuan yang sama. Itulah yang mengakibatkan terjadinya gesekan- gesekan dalam hidup. Sebagai individu saja, kita sering menghadapi problema, maka terlebih lagi kalau terkait dengan orang lain. Dari itu Islam telah mengajarkan akhlak yang mulia untuk menghadapi semua itu dan bergaul bersama orang lain dengan pergaulan yang baik.
Sudahkah Anda berbakti kepada kedua orang tua dan tahukah hukumnya? Allah berfirman, yang artinya: “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepadamu (agar kamu mengatakan kepada mereka) janganlah kalian menyembah kecuali hanya kepada-Nya dan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang tua.” (Al Isra’: 23)
Pernahkah Anda merasa kasihan kepada orang yang mendapatkan musibah dan terdorong untuk segera membantunya? Allah berfirman, yang artinya: “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Al Maidah : 2)
Rasulullah bersabda :
مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ فِي الدُنْيَا وَالآخِرَةِ
“Barang siapa memberikan kemudahan terhadap kesulitan saudaranya niscaya Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan Akhirat.” (HR. Muslim)
Bisakah anda tawadhu’ (merendahkan diri) di hadapan saudara anda? Padahal Allah berfirman, yang artinya: “Dan rendahkanlah dirimu di hadapan orang-orang yang mengikutimu dari orang-orang yang beriman.” (Asy Syu’ara: 215).
Bisakah Anda menahan marah ketika melihat kekurangan pada diri saudara anda? Padahal telah datang seseorang kepada Rasulullah lalu mengatakan: “Wahai Rasulullah!! Nasehatilah Aku”. Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu marah.” Orang tersebut mengulangi (pertanyaannya), Rasulullah tetap mengatakan: “Janganlah kamu marah”. (HR. Al Bukhari).
Bisakah anda menjadi orang pemaaf ketika saudaramu bersalah dan berkeinginan untuk meminta maaf? Allah berfirman, yang artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan serulah kepada kebajikan dan berpalinglah dari orang-orang jahil.” ( Al A’raf: 199).
Bisakah Anda menebarkan salam dan tersenyum di hadapan saudaramu? Rasulullah bersabda :
حَقُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ خَمْسٌ : رَدُّ السَّلاََمِِ وَعِيَادَةُ المَِريْضِ وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَ تَشمِيْتُ العَاطِشِ
“Hak orang muslim terhadap muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menjawab undangan dan menjawab orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Bisakah Anda lemah lembut di hadapan saudaramu? Padahal Allah berfirman, yang artinya: “Maka dengan rahmat Allah-lah kamu menjadi lemah lembut kepada mereka dan jika kamu berlaku kasar terhadap mereka niscaya mereka akan menyingkir dari sisimu.” (Ali Imran: 159).
Pernahkah anda sadar membaca Bismillah ketika ingin makan dan minum? Sadarkah pula bahwa makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib, sementara dengan tangan kiri adalah haram? Rasulullah bersabda :
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِك وَ كُلْ مِمَّا يَلِيْك
“Hai anak, bacalah Bismillah dan makanlah dengan tangan kanan dan makanlah yang ada di sekitarmu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Dan pernahkah anda sadar bahwa makan dan minum dengan tangan kiri adalah cara syaitan? Rasulullah bersabda:
فَإِنَّ الشَّيْطانَ كَان يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ بِالشِّمَالِ
“Maka sesungguhnya syaitan makan dan minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim).
Masuk ke dalam rumah dengan mengucapkan salam? Allah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian masuk ke dalam rumah-rumah yang bukan rumah kalian sehingga kalian meminta izin dan mengucapkan salam atas penghuninya.” (An Nuur: 28).
Sayangkah Anda kepada saudaramu sesama muslim? Rasulullah bersabda:
مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ لاَ يَرْحَمُهُ اللهَُ
“Barang siapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah tidak akan menyayanginya. ” (HR. Muslim).
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan sebagian dari akhlak yang harus diperhatikan seorang muslim di dalam hidup bermasyarakat.

Berakhlak Yang Baik
Kita menginginkan semua orang baik dengan kita dan menginginkan agar mereka cinta dan sayang. Berharap memiliki teman yang mengetahui jati diri kita, keluarga kita, dan berusaha meringankan beban hidup kita. Mencari teman yang bisa kita ajak menuju segala bentuk kebajikan. Kita ingin memiliki teman yang tawadhu’, lapang dada, penyayang, ramah tamah, ringan tangan, penyabar, yang suka mengingatkan ketika kita lupa dan yang menasehati ketika bersalah, selalu bermuka manis dan ceria, memiliki tutur kata yang baik, lemah lembut, dermawan, menerima kekurangan orang lain, pemaaf dan akhlak-akhlak baik lainnya. Untuk mendapatkan hal yang demikian, tentu memiliki sebab-sebab dan syarat-syarat yang harus dilakukan yaitu
“berakhlak dengan akhlak yang baik”. Rasulullah bersabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah dimana saja kamu berada dan iringilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik, niscaya akan menghapus perbuatan jelek tersebut dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At Tirmidzi)
Dalam hadits ini ada beberapa pelajaran penting, diantaranya anjuran untuk selalu memberikan wasiat kepada saudaranya dan mengingatkan kewajiban- kewajibannya, setiap orang harus merasa diawasi oleh Allah, perbuatan baik akan menghapus perbuatan jelek, dan bergaul dengan setiap orang dengan akhlak yang baik.
Wallahu a’lam (oleh: Ust. Abdurahman Lombok) HAKEKAT HATI MANUSIA Sesuatu yang paling mulia pada manusia adalah hati. Karena sesungguhnya hatilah yang mengetahui Allah, yang beramal untuk-Nya, dan yang berusaha menuju kepada-Nya. Anggota badan hanya sebagai pengikut dan pembantu hati, layaknya seorang budak yang membantu raja. Barangsiapa mengetahui hakekat hatinya, ia akan mengetahui hakekat Rabb-Nya. Namun mayoritas manusia tidak tahu hati dan jiwanya. Ketahuilah, bahwa hati pada tabiat fitrahnya mau menerima petunjuk. Tetapi tetap ada syahwat dan hawa nafsu yang melekat padanya dimana hati juga akan cenderung kepadanya. Akan saling mengusir antara malaikat dan setan padanya, terus berlangsung sampai hati itu membuka untuk salah satunya dan akhirnya menetap padanya. Sehingga ketika hati telah membuka untuk pihak pertama (malaikat) maka pihak kedua (setan) tidak melewati hati itu kecuali sembunyi-sembunyi sebagaimana firman Allah , yang artinya: “Dari kejahatan bisikan-bisikan yang tersembunyi.” (An Naas: 4). Yaitu yang jika disebut Allah dia sembunyi, tetapi jika lalai ia merasa lega. Dan tidak ada yang mengusir setan dari hati kecuali dzikir kepada Allah. Setan tidak akan tenang bersama dzikir. Ketahuilah, permisalan hati seperti sebuah benteng, sedang setan adalah musuh yang hendak memasuki benteng itu lalu menguasainya. Tidak mungkin benteng itu terjaga kecuali dengan menjaga pintu-pintunya dan orang tidak mengetahuinya tidak mungkin mampu menjaganya, begitu juga tidak mungkin menghalangi setan kecuali dengan mengetahui jalan masuknya. Jalan-jalan masuk setan banyak jumlahnya, di antaranya hasad (dengki), ambisi duniawi, marah, syahwat, cinta berhias, kenyang, tamak, terburu-buru, cinta harta, fanatik madzhab, berpikir yang tidak rasional, buruk sangka dengan kaum muslimin, dan lain-lain. Seyogyanya seorang manusia menjaga dirinya dari sesuatu yang akan menjadikan orang berprasangka buruk kepadanya. Untuk mengobati kerusakan-kerusakan ini adalah dengan menutup pintu-pintu setan tersebut dengan membersihkan hati dan sifat-sifat jelek itu sehingga dengan bersihnya hati dari sifat-sifat itu berarti setan hanya bisa lewat, tidak bisa tetap padanya. Untuk menghalangi lewatnya dengan berdzikir kepada Allah dan memenuhi hati dengan takwa. Perumpamaan setan seperti anjing lapar yang mendekatimu. Kalau kamu tidak punya makanan dia akan pergi hanya diusir dengan kata-kata. Tapi kalau kamu punya makanan sedang dia lapar dia tidak akan pergi hanya dengan ucapan. Begitulah hati yang tidak memiliki makanan untuk setan, setan itu akan pergi hanya dengan dzikir. Sebaliknya hati yang dikalahkan oleh hawa nafsunya dia menjadikan dzikir itu hanya sebagai sambilan sehingga tidak mapan di tengahnya. Maka setanlah yang akhirnya menetap ditengahnya. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, perhatikan yang demikian itu pada shalatmu. Lihatlah bagaimana setan mengajak bincang-bincang dengan hatimu disaat semacam ini, dengan mengingatkan pasar, gaji pegawai, mengatur urusan dunia, dan lain- lain. Wallahu ta’ala A’lam